Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ruang

Kekhawatiran dalam memberikan ruang lebih untuk orang lain adalah, ketika dia merasa terbiasa tanpa kehadiran kita. Kadang, semua yang berjalan konstan tiap hari, itu-itu saja, sama, membuat rasa jenuh dan bosan datang. Mengapa begini-begini terus? Mengapa tidak ada kemajuan? Lalu, ku putuskan untuk bertanya. "Kau mau menyelesaikan ini dengan kita berdiskusi, atau aku memberikanku ruang agar kau bisa lebih leluasa sebentar?" Dia menjawab "Sepertinya aku butuh ruang.." and here we are. Rasanya seperti ini. Tiap hari kami berkomunikasi, walau tak intens tapi selalu ada saat dimana kita rutin saling mengabari. Lalu lambat laun, makin jarang, dan makin bingung harus membalas bagaimana. Dan semakin berjalan, makin tidak jelas. Dan sekarang, ketika aku memutuskan untuk memberikan dia ruang, aku khawatir. Aku khawatir jika dia merasa terbiasa tanpa aku. Aku takut jika dia mencari kebahagiaan lain tanpa melibatkanku. Aku khawatir dia menjadi lupa.. bahwa ada aku. Serumi...

Istirahat

Saat ini, aku percaya banget sama konsep "semua masalah akan selesai dengan kepala dingin, bicara, dan diskusi, bukan pergi.." sesederhana itu. Tapi, untuk melakukannya begitu susah. Pernah sesekali, satu atau dua orang bilang "kamu penting buat aku. Kamu prioritas aku." But, itu semua nggak berarti apapun ketika apa yang kamu anggap penting, apa yang kamu jadikan prioritas tidak kamu genggam. Tak perlu erat, cukup kau tahan saja agar dia tidak pergi . Tak perlu terlalu kuat, genggam saja tangannya, jaga keadaannya agar selalu baik-baik saja. Rumit. Permasalahan seseorang yang makin beranjak, menuju usia yang bertambah, menuju hal-hal kompleks yang membutuhkan pikiran jernih, kepala dingin, membuat seseorang kadang perlu duduk sebentar, bernafas panjang, diam dan memejamkan mata. Apa yang sudah kita lalui hari ini? Apa lagi yang kita cari? Apa lagi yang kita kejar? Mau sampai kapan? Kita hanya perlu beristirahat dan memberikan ruang. Ruang untuk pikiran yang penu...

Tentang Jarak

Kadang, jauh tak membuatku merasa rapuh Melainkan kuat, dan dilengkapi lalu utuh Atau tentang lelah hingga tiba peluh Sebenarnya aku mampu, tapi niatku tak teguh Hidup berdampingan tetapi berjarak Lalu, detik jam tak terasa mendesak Mengalir dan berjalan walau tak tampak Yang terlihat hanya aku, menderai sajak Dekat, hanya langit yang kita bangun sendiri Kita berdiri, menapaki tanah tanpa alas kaki Terkadang terengah, ingin segera berlari Menyerah, mundur, bukan sebuah solusi Aku ingin kita begitu rekat, dekat saja Tak perlu untuk selalu hadir dan ada Tak melulu harus kita tertawakan dunia Hanya aku dan kamu, seadanya, versi kita

Tentang Si Baik Hati

Hai. Mau cerita dan nulis ini tentang seseorang yang cukup istimewa di hidup aku. Si baik hati, yang egois, yang pengen selalu ada buat aku dan pengen buat aku bahagia terus. Si baik hati, yang mau menang sendiri, yang manja, yang selalu mau diperhatiin. Tiap malam telfon tanya "Tata lagi dimana? Tata sehat?". Si baik hati, yang suka ngabarin tiba-tiba tengah malam dan telfon. Kadang dua sampai tiga jam kita bicara tentang apapun, yang bikin aku awalnya nggak pernah bisa tidur pagi, selalu tidur awal. Sekarang, nggak pernah bisa tidur kalau belum telfonan sampai pagi. Si baik hati, yang sering bilang "Gebetan Tata mana? Kenalin dong!", dan aku nggak pernah mau bilang tentang orang lain di depannya, agar obrolan kita melulu hanya tentang kita saja. Si baik hati yang selalu kasih positive vibes, yang selalu kasih semangat, yang selalu sabar walau aku sering uring-uringan karena pms. Si baik hati yang suka bilang "Gimana Tata? Mau ditemenin?" Si baik h...

Tidak Ada

Hujan sore ini deras Langit seolah gelap, tak berani bertatap Senja seolah malu, tak mau membiru Begitu kelabu, begitu abu-abu Tiga jam yang lalu, aku mengaku Bahagianya aku mengenalmu Si pemberi peduli yang selalu pergi Si pendukung yang jiwanya tak mau terkungkung Aku mengakui bahwa ucapku penuh terima kasih Atas datangnya dirimu membawa pelukan walau maya Atas hadirnya dirimu penuh dukungan walau tak nyata Atas adanya dirimu yang senang memberi perhatian Tapi, aku pun mengakui penuh sadar Apa yang aku rasakan tak sepenuhnya membuatku sabar Aku harus terburu-buru beranjak Untuk menyudahi rasa- rasa yang mulai berteriak Memintamu tetap disini adalah sepersekian ketidakmungkinan Kau tidak nyata, kau hanya ilusi layar kaca Pada dunia maya, pada keadaan yang tidak ada Kau semu, seperti ketidakpastian akan bertemu.

Sebuah Ujian

Bismillah.. Assalamualaikum. Selamat malam. Mau cerita, nih.. Jadi hari ini pengumuman suatu ujian penting dalam perkuliahanku. Hasilnya? MasyaAllah.. sangat nggak memuaskan. Sedih? Pasti. Satu hal disaat aku gagal yang membuatku benar-benar merasa 'jatuh' dan terpuruk adalah ketika aku merasa aku telah menyelesaikan satu tahapan dalam membuat orang tuaku kecewa. Ya Allah rasanya.. melihat suatu kegagalan dalam hidup membuatku terkadang ingin menyerah. Aku merasa sudah berusaha semampuku, semaksimal yang aku bisa. Aku merasa aku sudah banyak sekali berdoa, menyerahkan segala hasil yang aku terima kepada Allah.. tapi aku masih belum berhasil saat ini. Apa yang salah dan kurang dari diriku? Yang salah dan kurang adalah.. aku terlalu merasa bahwa aku sudah melakukan semuanya.. aku terlalu sombong dan enggan merasa bahwa aku merasa kurang. Aku kurang bersabar, kurang bertawakal, dan berserah diri. Memang, segalanya akan disesali saat kegagalan datang. Penyesalan selalu...