Hai, kamu..
Hai, kawan. Ini aku, pemuja tanpa alibi yang sarat. Aku diam-diam ingin hadir dalam lamunanmu, walaupun kau sepertinya tak pernah punya waktu untuk diam menyelami keadaan, apalagi diam memikirkan aku, benar kan?
Aku ingin sekedar berbicara kecil denganmu. Aku begitu menyukaimu sampai-sampai aku tak sadar bahwa kamu tak pernah peduli, atau memang kau peduli di alam bawah sadarku?
Aku pandangi kamu, bukan memandang, hanya sedikit melirik dan memicingkan mata untuk sekedar tahu keadaanmu. Aku ingin kau tahu bahwa sebenarnya aku tak pernah gemar melihatmu membicarakan hal apapun dengan orang lain. Tapi, aku punya hak apa sampai melarangmu sedemikian egoisnya?
Ah, aku ternyata terlalu menyimpan banyak pertanyaan yang sangat ingin ku dengar jawabannya tepat dan langsung dari bibirmu. Aku suka memandangimu dalam ketidakpedulian. Aku terlalu malu mengakui gejolak perasaan yang menggebu ketika kau menatapku dan tersenyum tipis padaku. Tuhan.. betapa manisnya ini.
Sepertinya aku tak pernah pandai merangkaikan beberapa rangkaian kata menjadi beberapa paragraf seperti ini. Aku hanya ingin menuliskan apa yang terasa saat radarku tak sanggup lagi menahannya. Daripada aku harus berteriak karena tak pernah kuat memendamnya, lebih baik aku diam dan berteriak lewat suara hatiku sendiri.
Yang terakhir buatmu..
Hai, aku tahu kau selalu ingat padaku setelah kau tahu apa yang ada dan mengendap di benakku selama ini. Selama kita bertemu dan mendekatkan setiap jarak, selama tangan dan jemari masih ingin menggapai apa yang telah tersodorkan, selama kita berusaha untuk diam, walaupun gemuruh perasaan tak mampu lagi memendam. Hai, kamu. Ingatlah...
Komentar
Posting Komentar