Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Ironi Dimensi Tiga

Semenjak senja merutuk laut yang terbenam, dunia terasa malam Melarung harap dan perapian yang berantah Hati yang terkikis belaian yang begitu kelam Pikiran yang hampir menggali senyata gundah Dimensi tiga beranjak dan bicara Pada deru air hujan yang terasa gurih Resah mulai mengeja rumitnya aksara Meramu sajak tipis yang gagal diraih

Satu Pemikat dari Filosofi Kopi

Gambar
“Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade. dikutip dari : http://www.goodreads.com/work/quotes/2095743-filosofi-kopi-kumpulan-cerita-dan-prosa-satu-dekade 

Sebuah Sajak

“DI RESTORAN Kita berdua saja, duduk. Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput -- kau entah memesan apa. Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras --

Hujan

Hari ini hujan turun lagi Melambungkan angan dan kenangan Membasahi serpihan dongeng yang telah terekam Mengusap kehangatan dan membekukan keadaan Kemarin anganku melukis wajahmu Desah nafasku tak henti mengucap aksaramu Tengadahku selalu mengantar harap Sebelum hujan menindasku dengan kalap

Pada Semesta

Pada semesta yang gulita, aku sampaikan sebuah sajak Dari gerutu hingga asa yang berteriak Dari getir mulia hingga apa-apa yang mulai menggalak Pada semesta, aku rajut kembali rasa yang berantak Pada semesta yang meniup sejuk, aku mulai menari Menghantar fajar di subuh hari Mengecup duka yang semakin tak tahu diri Menyingkap hujan dan melukis pelangi