Tuhan...
Tuhan, rindu ini begitu menjerat, begitu erat. Aku mengerti kau tak pernah sekalipun terlelap, tapi aku tak pernah sekalipun mengerti apapun yang telah terencana dengan siap.
Rindu. Begitu memberi candu. Aku mengerti bahwa rasaku sudah tak punya hak untuk merajainya lagi. Begitu beratnya merasakan, sekaligus memendam. Tuhan, begitu sulitnya menahan tanpa pernah mampu untuk mengungkapkan.
Titik temu yang berlari setiap hari tak pernah lelah mengerjai aku. Ucapan dan sapaan pun terasa kelu dan hambar untuk keluar dari bibirku. Tuhan, beginikah rasanya terluka tanpa bisa mengerti bahwa penawarnya tak mau tahu?
Begitu sulitnya membebat habis perasaan yang terus menuntut kepastian. Nyatanya, ini sudah pasti. Ini pun telah jadi hakiki. Tapi mengapa takdir belum memihak pada lukanya sebuah hati?
Sudah luka tanpa penawar. Sudah jatuh tanpa sebuah cinta. Sudah mundur tapi terus ditodong untuk maju. Begitu banyak kebalikan, yang kesemuanya merupakan mau dan harapan Tuhan.
Sebuah hati tak akan pernah berhenti terluka jika ia tak pernah berhenti punya cinta.
Komentar
Posting Komentar