Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Ruang

Kekhawatiran dalam memberikan ruang lebih untuk orang lain adalah, ketika dia merasa terbiasa tanpa kehadiran kita. Kadang, semua yang berjalan konstan tiap hari, itu-itu saja, sama, membuat rasa jenuh dan bosan datang. Mengapa begini-begini terus? Mengapa tidak ada kemajuan? Lalu, ku putuskan untuk bertanya. "Kau mau menyelesaikan ini dengan kita berdiskusi, atau aku memberikanku ruang agar kau bisa lebih leluasa sebentar?" Dia menjawab "Sepertinya aku butuh ruang.." and here we are. Rasanya seperti ini. Tiap hari kami berkomunikasi, walau tak intens tapi selalu ada saat dimana kita rutin saling mengabari. Lalu lambat laun, makin jarang, dan makin bingung harus membalas bagaimana. Dan semakin berjalan, makin tidak jelas. Dan sekarang, ketika aku memutuskan untuk memberikan dia ruang, aku khawatir. Aku khawatir jika dia merasa terbiasa tanpa aku. Aku takut jika dia mencari kebahagiaan lain tanpa melibatkanku. Aku khawatir dia menjadi lupa.. bahwa ada aku. Serumi...

Istirahat

Saat ini, aku percaya banget sama konsep "semua masalah akan selesai dengan kepala dingin, bicara, dan diskusi, bukan pergi.." sesederhana itu. Tapi, untuk melakukannya begitu susah. Pernah sesekali, satu atau dua orang bilang "kamu penting buat aku. Kamu prioritas aku." But, itu semua nggak berarti apapun ketika apa yang kamu anggap penting, apa yang kamu jadikan prioritas tidak kamu genggam. Tak perlu erat, cukup kau tahan saja agar dia tidak pergi . Tak perlu terlalu kuat, genggam saja tangannya, jaga keadaannya agar selalu baik-baik saja. Rumit. Permasalahan seseorang yang makin beranjak, menuju usia yang bertambah, menuju hal-hal kompleks yang membutuhkan pikiran jernih, kepala dingin, membuat seseorang kadang perlu duduk sebentar, bernafas panjang, diam dan memejamkan mata. Apa yang sudah kita lalui hari ini? Apa lagi yang kita cari? Apa lagi yang kita kejar? Mau sampai kapan? Kita hanya perlu beristirahat dan memberikan ruang. Ruang untuk pikiran yang penu...